Post Terbaru

Bayi Baboon dan Singa Betina

Fotografer Evan Schiller dan istrinya Lisa Holzwarth adalah orang-orang yang mendedikasikan bagian besar dari hidup mereka untuk hewan liar. Mereka banyak berperan dalam penyelamatan hewan liar terutama jenis kucing besar seperti singa, cheetah, macan tutul, panther dsb. Mereka banyak melakukan kegiatan fotografi di seluruh dunia, dan berharap dengan foto serta tulisan mereka dunia bisa melihat dan meningkatkan kesadarannya tentang kondisi dan nasib hewan liar yang mulai berkurang jumlahnya karena perburuan.

Suatu saat pasangan fotografer ini menemukan suatu hal yang sangat menakjubkan saat sedang berkendaraan di daerah Selinda Camp Bostwana bagian Utara. Saat itu mereka sedang mengambil foto kumpulan baboon yang sedang berlari ketakuatn melintasi semak-semak. Hal yang menakutkan mereka ternyata adalah dua ekor singa betina besar yang tiba-tiba muncul dari balik semak-semak tinggi. Dan diikuti lagi oleh dua ekor singa betina lainnya. Tidak heran bila baboon-baboon itu berlarian menghindari singa memanjat pohon-pohon terdekat sambil berteriak-teriak.

Tetapi ada seekor baboon betina yang berada di pohon mati yang tidak terlalu tinggi berusaha berlari turun mencari pohon lain yang lebih aman, sayangnya ia tertangkap oleh salah satu singa betina. Pasangan fotografer itu memperhatikan ternyata baboon betina itu sedang menggendong anaknya.

Ketika sang induk betina baboon terbaring mati, anak baboon perlahan-lahan melepaskan pelukannya dari perut induknya.

Bayi Baboon dan Singa Betina


Sacara insting bayi baboon yang ketakutan berusaha lari memanjat pohon, tetapi ia belum cukup kuat untuk memanjat pohon. Sang singa memperhatikannya dengan penuh keingintahuan. Melihat hal itu pasangan fotografer Schiller itu hanya bisa menahan nafas sambil melihat bayi baboon kecil yang belum bisa mempertahan dirinya berada sangat dekat dengan sang singa.



Tetapi yang menakjubkan singa betina itu tidak menyakiti bayi baboon, bukannya menggigit dan mebunuh bayi baboon. Sang Singa betina malah mulai terlihat mengajak bermain si bayi baboon



Singa betina bahkan terlihat lembut dan penuh perhatian pada bayi baboon.



Ketika bayi baboon terlihat mulai kelelahan, singa betina itu dengan pelan mengambil bayi baboon dengan mulutnya, dan menggendongnya ke suatu tempat. Ia meletakan si kecil di antara dua kaki depannya.



Si baboon kecil bahkan merapatkan kepalanya ke dada singa seolah-olah ingin menyusu, sepertinya ia mulai mengira kalau singa betina itu adalah induknya.



Prilaku singa betina yang tidak biasa ini sangat mengherankan,  tapi bukan itu saja ada lagi yang lebih menakjubkan....



Ketika seekor singa jantan muda mendekat, dengan serta merta si singa betina yang menjaga baboon kecil mengusir dan menolak kehadiran singa jantan.



Induk jantan baboon yang saat itu sedang menunggu di pohon terdekat berharap bisa menyelamatkan bayinya. Ia melihat kesempatan saat singa betina mengusir dan mengejar singa jantan menjauh. Induk jantan baboon dengan penuh keberanian segera berlari, mengambil dan menggendong bayi baboon naik ke atas pohon.



Keberanian sang induk jantan baboon terbayar. Setelah ia menyelamatkan bayinya, ia memanjat naik ke sebuah pohon rindang dimana semua kawanan baboon berkumpul. Setelah beberapa waktu, pasangan fotografer Schiller ini melihat bahwa bayi baboon aman di pelukan induk jantan, ia terlihat sedang beristirahat.



Sulit mencari hal yang lebih mengesankan dari peristiwa tersebut, bagaimana singa betina membuat keputusan lembut untuk melindungi bayi baboon, serta keberanian luar biasa sang induk jantan baboon untuk melakukan misi penyelamatan anaknya.


Credits: National Geographic, Images by Evan Schiller

Mengasihi Tanpa Mengatakan Sesuatu

Pada suatu hari seorang teman mentraktir Saya makan mie di warung mie yang cukup terkenal. Warung ini memiliki berbagai masakan mie yang rasanya sangat enak dan pas di lidah. Ketika masuk ke dalam warung  tinggal meja panjang yang bisa menampung sekitar sepuluh orang bila mengelilingi meja. Kami memilih duduk di bangku meja tersebut. Saat itu meja sudah terisi enam orang; Saya, teman saya dan empat orang pengunjung lainnya.

Mengasihi Tanpa Mengatakan Sesuatu


Ketika sedang asyik menikmati mie yang kami pesan, satu keluarga kecil masuk ke warung dan memilih duduk di meja yang sama dengan kami. Tepatnya mereka duduk di depan kami dan pengunjung lainnya yang sebelumnya sudah duduk bersama kami. Mereka telah memesan mie dan sedang menunggu pesanan mereka.

Keluarga tersebut terdiri dari sepasang suami istri yang masih muda dan seorang anak lelaki yang berusia sekitar empat tahun. Dari tampilannya mereka terlihat sederhana, pakaiannya kusam dan sedikit tercium bau kurang sedap. Sekilas dari pembicaraan antara suami istri ini, kalau mereka sedang berbahagia dan merayakan kesembuhan anaknya dengan makan bersama. Si anak yang dikatakn baru sembuh, walau terlihat sering menarik ingus yang keluar dari hidungnya tapi ia terlihat ceria. Si Ibu dengan penuh kasih sayang sesekali mengelap ingus yang tidak berhenti keluar dari hidung anaknya. Pasangan itu terlihat sangat bahagia melihat anaknya bermain sambil tertawa. Saat mie pesanan mereka datang keluarga tersebut pun makan dengan lahap.

Tetapi keadaan tersebut tidak berlaku bagi kami semua yang duduk berhadapan dengan mereka (terkecuali teman saya). Bagi kami, Saya dan pengunjung lain yang duduk di depan mereka, keadaan ini merupakan situasi yang tidak nyaman kalau tidak bisa disebut dengan "penyiksaan". Bayangkan saja, bagaimana rasanya makan mie dengan mencium satu keluarga yang bau badannya tidak enak. Belum lagi melihat dan mendengar ingus si anak yang ditarik keluar masuk dan sesekali dibersihkan oleh ibunya.

Setiap kali memakan mie sambil meminum kuahnya, rasanya seperti makan mie yang bercampur dengan ingus yang keluar dari hidung si anak kecil, suatu hal yang membuat selera makan hilang. Mungkin karena tidak tahan, keempat pengunjung lain yang duduk semeja dengan kami satu demi satu meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanannya. Melihat hal ini ada rasa kepahitan yang terpancar di wajah keluarga muda itu, seperti rasa rendah diri dan terasing melihat sikap saya dan empat pengunjung lain yang meninggalkan mejanya. Tetapi hal itu tidak berlangsung lama, keceriaan mereka terlihat pulih kembali terutama saat suami istri itu melihat teman saya yang terlihat tetap santai dan menikmati mie dengan lahapnya. Saat itu teman saya terlihat cuek seolah-olah ia tidak mencium bau tidak enak disekitarnya dan ia tidak melihat atau mendengar ada suara ingus dari si anak. Saya tidak bisa berbuat banyak selain belajar cuek dan menghabiskan sisa mie di mangkuk saya. Lagi pula saya ditraktir  dan tidak berhak mengajukan hal yang aneh dan tidak sopan.

Selesai makan, kami masih duduk selama bebarapa menit sebelum meninggalkan warung mie. Saya heran dengan tingkah teman saya yang diluar kebiasaannya. Karena biasanya ia tidak berlaku seperti itu. Walau saya telah memberi kode untuk segera meninggalkan warung tapi seolah ia tidak mempedulikannya.  Ia bahkan memesan minuman lagi untuk kami. Sekali lagi dengan sangat terpaksa saya harus mengikuti kemauan teman saya dengan jengkel.

Akhirnya kami keluar dari warung dan meninggalkan keluarga muda yang membuat saya kehilangan nafsu makan itu, saya merasa sangat lega karena terbebas dari situasi yang kurang nyaman tersebut. Teman saya tersenyum melihat saya seperti lepas dari goa yang gelap, dan mengatakan bahwa sesungguhnya ia juga sangat tidak nyaman duduk semeja dengan keluarga tersebut. Ia juga mencium bau yang tidak enak dan merasa terganggu dengan suara ingus si anak yang keluar masuk. Ia merasakan juga tepat seperti apa yang saya rasakan. Tetapi teman saya juga mengatakan, jika ia meninggalkan keluarga tersebut disaat mereka sedang berbahagia, keluarga itu pasti akan merasa terpukul, tidak berharga, terasing dan tentu saja akan merasa sedih. Si suami sedang berusaha memberi yang terbaik bagi keluarganya. Mereka sangat berbahagia merayakan kesembuhan anaknya. Teman saya juga mengatakan, Si suami tentunya telah mengeluarkan uang hasil kerja kerasnya yang bagi mereka mungkin nilainya cukup mahal untuk memberikan perayaan yang terbaik buat keluarganya. Nilai uang yang dikeluarkannya mungkin tidak begitu banyak untuk ukuran kami tetapi tidak buat keluarga muda itu. Perayaan itu tentu sangat bernilai bagi mereka.

Saya sangat terkejut mendengar penuturan teman saya. Dan tidak menyangka teman saya ternyata telah melakukan sesuatu yang luar biasa untuk menghormati keluarga muda itu. Dengan caranya yang gentelmen, dalam situasi yang sulit bertahan makan mie sampai habis dan menunggu beberapa menit setelah makan, telah memberi kehormatan serta semangat baru bagi keluarga itu. Saya teringat bagaimana rasa kepahitan, rendah diri dan terasing di wajah kedua suami istri ketika melihat pelanggan yang lain di depannya meninggalkan meja tanpa menghabiskan makanan. Saya juga teringat bagaimana pasangan ini kembali ceria begitu melihat sikap teman saya yang tetap lahap menikmati makanan tidak terpengaruh dengan situasi yang kurang nyaman.

Pertama kali dalam hidup ini, saya menyadari dan menyaksikan bagaimana mengasihi sesama tanpa mengatakan sesuatu, benar-benar bukan sesuatu yang mustahil. Ini benar-benar keajaiban. Cukup hanya dengan meneruskan makan mie sampai habis. Masa bodoh dengan sikap saya dan pengunjung lain yang tidak terpuji. Menunggu beberapa menit setelah selesai makan. Yang terakhir menahan rasa bau untuk menyempurnakan segalanya telah menunjukkan suatu keajaiban kasih dan dilakukan oleh seorang teman. Ajaib bagaimana teman saya menegur saya tanpa mengatakan sesuatu. Ia tidak menuduh tetapi cukup telak memukul saya. Saya merasa sangat terpukul, malu tetapi tidak marah. Saya kembali mengingatkan diri sendiri bagaimana mudahnya mengatakan mengasihi sesama tetapi tidak melakukannya.


Source : Facebook
 
Proudly powered by Blogger Template by Creating Website
Iwan Setiawan Blog Sitemap
© www.iwansetiawan.com All Rights Reserved
September 2015